Nehma, seorang perempuan Adivasi dari suku Oraon, kembali ke desa leluhurnya bersama anak-anaknya, Dhaanu (12) dan Guntu (1), setelah perceraiannya. Ia mulai bekerja sebagai ‘pelabel data’, melatih model AI untuk mengenali objek dalam gambar dan video. Merasa AI seperti anak kecil dalam proses pembelajarannya, ia membayangkan AI melihat dunia melalui matanya, sebuah koneksi yang ia rindukan dengan Dhaanu. Bahkan ketika Nehma menghadapi tantangan untuk memberi Dhaanu—yang selalu tergoda untuk kembali ke kota—alasan untuk tetap tinggal, ia menyadari AI mengadopsi bias manusia yang berbahaya, beberapa di antaranya menggemakan prasangka terhadap komunitasnya. Pada akhirnya, Nehma menyadari bahwa ia berjuang bukan hanya untuk masa depan Dhaanu, tetapi juga untuk bagaimana teknologi dan dunia memandang orang-orang seperti dirinya.
